Ramadhan ini, tentu saja membuat sajadah di kosan jadi lebih sering digelar. Tempatku bersujud dan berharap bisa menyentuhNya. Lima belas hari berlalu. Tepat di tengah.

Akhirnya, aku harus menyerah, bukan waktu yang terbaik bagiku untuk wisuda Oktober. Tuhan punya rencana lain.

Dan akhirnya, banyak hal yang membuatku harus lebih rela menerima dan melepaskan sesuatu. Tentang menciptakan kebahagiaan dengan sesuatu yang diyakini, bukan yang absurd. Tentang berjalan dengan segenap passion. Tentang menanggalkan baju dan mencoba baju yang baru.

Harmoni

Aku mengenal dikau
tak cukup lama
separuh usiaku
namun begitu banyak
pelajaran yang aku terima

kau membuatku mengerti hidup ini
kita terlahir bagai selembar kertas putih
tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
dan terwujud harmoni

segala kebaikan takkan terhapus
oleh kepahitan
kulapangkan resah jiwa
karena kupercaya
kan berujung indah


Dan akhirnya, hanya waktu yang membuat kita mengerti, kebahagiaan itu datang dari kita sendiri. Memilih apa yang patut dilakukan dan tidak, apa yang dipercayai, apa yang diyakini, dan berhenti memperdebatkan persoalan baik dan buruk, benar atau salah.

Kemudian kuletakkan bunga mawar putih itu di sebelah kasur, persis di sebelah posisiku tidur. Aku bahagia dan senang mencium baunya, jadi ya aku lakukan saja.