Prolognya adalah : kemarin saya sempat panik. Perut melilit dibawah rusuk kiri, jalan nggak bisa tegak, ketawa sakit, bernafas pun sakit. Oh ya, saya belum cerita : saya nggak punya masalah dengan magg. So, jangan dulu berpikiran kalo saya sakit magg.

Saya sempat dag dig dug dengan hasil pemeriksaan dokter. Bagaimana kalau saya ternyata sakit parah? Bagaimana kalau usus buntu? Bagaimana kalau ginjal? Bagaimana kalau paru-paru lagi? Doh!

Bayang-bayang kematian pun menyergap di kepala, seperti kereta api edisi malam Jumat Kliwon gelap gulita. Sampai disini katakan saya berlebihan, silahkan. Entah, aku merasa begitu dekat dengan kematian. Dokter itu--katakanlah, setelah pencet-pencet perut saya beberapa kali--cuma bilang saluran cerna saya infeksi. Tentu saja bukan AIDS, hahaha.

Kemarin aku begitu khawatir sama seorang teman yang katanya sakit ginjalnya kambuh. Aku begitu khawatir sama teman lain yang katanya demam, yang katanya kena gejala DBD, aku rawat, aku cemas. Tapi ternyata kemudian aku menemukan bahwa aku nggak khawatir sama kondisi diri sendiri. Aku terlalu baik, sepertinya. Berpikir bahwa jika aku baik sama orang lain, aku akan beroleh hal yang sama.

Ah, ternyata Hukum Newton III berbunyi : “Setiap ada gaya aksi, maka akan selalu ada gaya reaksi yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan"

Aku kira tadinya berbunyi, "Jika Anda berbuat 1 kebaikan bagi orang lain, Anda akan mendapatkan 1 kebaikan juga". Hahaha.

Dan aku nggak menemukan epilog yang tepat. Aku tau Tuhan tau :)