Yessi Pratiwi Surya Budhi
I Have My Say. What Is Yours?

Ketika Hidup Tidak (Bisa) Dirayakan

By Yessi Pratiwi Surya Budhi

Saya sering berandai-andai. Seandainya di dunia ini nggak ada kopi, musik, dan pria. What a cold and flat life we have, hahaha :)

***

Kemudian beberapa orang teman dari Siaware mengajak saya--akhir tahun 2008--ke sebuah tempat, Pasar Ciroyom. Awalnya, belum terbayang sama sekali, akan seperti apa wajah anak-anak jalanan yang akan saya temui. Teman saya cuma mengingatkan, jangan kaget kalau mereka bau dan kotor. Saya pun siap mental. Tiba disana, beberapa orang anak berlarian ke arah saya, menanyakan nama dan menciumi tangan saya. Pada kunjungan berikutnya, saya pun akhirnya sudah terbiasa disambut, "Assalamu'alaikum Kak Echi.."

Jika tulisan mampu mengungkapkan kesedihan dan derita mereka, mungkin saya nggak perlu bercerita dan susah mati mencari kata-kata yang pantas. Mereka ngelem. Bau. Nggak punya tempat tinggal. Tidur di bawah dipan tempat sayur mayur pedagang Ciroyom. Umur belum 15 sudah menjadi PSK. Ini beberapa gambar yang saya ambil beberapa waktu lalu. Gambaran hidup mereka. Mereka nggak lagi kepikiran untuk menikmati kopi, atau musik. Atau kuliah, atau sekolah. Baca tulis saja cukup, itu pun kalau sempat sekolah. Mereka nggak lagi kepikiran buat beli barang-barang bermerek, hidup cukup dijalani untuk hari ini saja.

Bahagianya saya karena mereka sudah ada yang mengkoordinir, Pak Gamesh namanya. Sekarang mereka sudah punya rumah belajar, walau di ruangan 3x3 meter itu, mereka yang berjumlah 20 an harus muat. Harus muat, mungkin akan lebih hangat karena tidurnya berdesakan. Rekan-rekan dari IBU Foundation, UPI, dan Siawares juga banyak yang berpartisipasi. Barangkali teman-teman mau berbagi kebahagiaan. Datang saja ke Pasar Ciroyom. Atau yang nggak sempat kesana dan mau memberikan bantuan, hubungi saja Pak Gamesh, di 081394670169.

Ohya, kemarin kita nonton bareng film Kungfu Panda, duh, bahagianya melihat wajah mereka. Melihat mereka tersenyum--biar sebentar--seperti jadi terapi kebahagiaan tersendiri. Dan saya nggak berhenti berucap syukur. Biar hidup susah (versi saya), tetapi masih banyak cinta disana sini.

Yuk ah
, kita beri cinta juga dalam hidup mereka.

Lihat juga apa kata Boma.

 

Alumni (ITB) Narsis

By Yessi Pratiwi Surya Budhi

Saya jadi geli sendiri melihat pampangan sebuah poster caleg. Calon legislatif. Alumni ITB. Catet itu. Soale posternya bilang demikian.

Embel-embel "Alumni ITB" yang disematkan di pojok kiri poster mungkin telah melalui analisis tersendiri. Oh Well, Bapak Ir. Alex SF yang narsis, apa tim suksesnya yang kelewat proaktif ya? :)