Pasca Survey Telkom
Memasuki minggu kedua saya Kerja Praktek di Telkom. Setelah kemarin kami mengadakan survey Brand Image produk-produk Telkom dan pemasangan billboard, gilirannya kami bertiga [saya, Ika, Harry] menyampaikan report kepada salah seorang pejabat yang berwenang disana, sebut saja Pak Tri.
Awalnya, pembicaraan hanya selingkup survey, merembet ke design iklan/ banner Flexy, dan akhirnya ke : “Kenapa mahasiswa ITB susah banget, mau pake Flexy?”
Kami pun menawarkan beberapa jawaban. Apa yang kami utarakan adalah refleksi keadaan, kebutuhan, dan faktor pendorong, mengapa anak-anak TI lebih banyak pake CDMA-nya Om Bakrie.
Jawaban kami ternyata membuat hati Pak Tri berkecamuk, satu hal yang saya tidak kira sebelumnya:
1. “Kamu pakai apa HPnya?” [Bakrie Telp, Indosat, Excelcomindo, Telkomsel, atau Tree]
2. “Berapa yang kamu habiskan buat beli pulsa?”
3. Kamu tau nggak, ******* punya siapa? Asumsikan sekian anak TI pake ******* dan semuanya ngabisin pulsa yang sama seperti kalian, kalian tau nggak, apa dampaknya bagi Negara?
4. Misalkan kalian pake *******. Sahamnya milik Singtel. Kalian tau nggak, income bulanan tersebut akan masuk sebesar 60 % ke Singapura. Negara harus membayarnya dalam bentuk kurs yang sama. Sehingga, semakin banyak keuntungan *******, semakin sedikit devisa Negara. Siapa yang menerima dampaknya? Rakyat.
5. “Nah, tau kan sekarang? Ayo coba pikirkan. Telkom perusahaan siapa? Negara. Telkom ini salah satu perusahaan kebanggaan kita loh. Telkom penyumbang pajak terbesar kepada Negara. Ya biarpun sebagian pajak yang dibayarkan Telkom pada Negara dikorupsi, ya itu juga mending. Karena korupsinya oleh Negara sendiri, bukan Negara lain.” [Saya baca di salah satu sumber, Telkom masuk dalam jajaran perusahaan paling pesat berkembang di dunia, di urutan-12].
6. "Makanya, kamu sebagai mahasiswa, pikirinlah apa yang bisa dilakukan. "
Setelah itu, saya nggak bisa ngomong lagi. Agak getir rasanya. Saya sendiri—seperti kabanyakan mahasiswa lain—selalu berfikir untuk menikmati yang termurah. Dengan beragam fitur dan kemudahan yang ditawarkan oleh provider HP, ada demokrasi dalam memilih operator yang menurut kita paling baik. Yang pakai Indosat bilang Indosat paling baik [Ingat iklannya? “Uuu.. seksi bangeet”], yang pakai Esia bilang Esia paling baik [walaupun katanya mereka tidak punya rencana untuk mengembangkan fitur internet atau menu GPRS], yang pakai Excelcomindo juga bilang Excel paling baik, berjiwa muda [bintang iklannya kan Peterpan & Ungu]. Semua kita lakukan juga tanpa embel-embel pikiran “bakal kemana ya, uang yang saya pake buat beli pulsa ini?” Asli. Saya aja nggak pernah kepikiran.
Anyway, mo dibawa kemana, postingan kali ini? Hmm.. point-point diatas, mungkin harus kita cross-check dulu kebenarannya. No hard Feeling buat teman yang sedang KP di Indosat. Yuk mari, saya bicara pada kapabilitas saya sebagai : Mahasiswa yang sedang Kerja Praktek dan harus memberikan report ke kampus. Dan kepada Negara, mungkin?
6 Responses to Pasca Survey Telkom
Gue ketawa2 aja waktu itu, chi. Lain kali kalo terjadi hal serupa bagus juga lo bikin resumenya kaya gini.
*kidding pak dinding :)
Ya biarpun sebagian pajak yang dibayarkan Telkom pada Negara dikorupsi, ya itu juga mending. Karena korupsinya oleh Negara sendiri, bukan Negara lain.”
Oh begitu ya Pak. Jadi kalau korupsinya oleh negara sendiri boleh-boleh saja ya Pak?
Jadi nggak heran kenapa ada orang bilang masa penjajahan masih lebih baik ketimbang setelah merdeka.
Gara-gara pejabat model begini nih.
Ck.
Yeah, namanya korupsi tetep korupsi, gitu ya kram?
Betuuul.
jadi ingat iklan pertamina.
tema "bagimu negeri"
gw ga yakin kalo gw bli oli pertamina ,duit gw bakal "nyampai" ke negara.
kenapa ga ngiklanin kehebatan produknya ya, dimana produk pertamina (oli) emang bagus. Scara (deuu scara..) produk oli bermerek hebat itu juga dari pertamina terus dilabeli merek mereka.
negara ini mang aneh..
Kamu pakai kalimat saya Rom. Negara ini memang aneh.
Something to say?