Gambar ini saya ambil dari depan Rumah Makan Cibiuk yang letaknya di pertigaan Sangkuriang, depan Cafe Halaman.


Pertama kali saya lihat itu tulisan, agak ragu. Lirik lagi!


Lantas.. Wow! Rumah makan satu ini mengadaptasi teknik marketing yang sedang populer sekarang. Menarik konsumen dengan iming-iming hadiah mewah. Mewah, tentu saja. Semua orang juga sepakat kalau mobil, dan umrah adalah hal mewah. Saya nggak menemukan keterangan berlaku. Cuma ada logo sponsor, yang menandakan pasti ada prosedur khusus untuk mendapatkan hadiah tersebut. No further assumption :)

Bagaimana pun prosedurnya, manajemen rumah makan ini mungkin telah melakukan analisa terbaik. Terlalu dini rasanya untuk menilai hasilnya sekarang. Jumlah kendaraan yang parkir di depan rumah makan belum terlihat meningkat signifikan, semoga saya salah.

Cuma, hal terpenting dalam marketing dan sustainability usaha begini bukanlah sekedar menarik konsumen. Produk yang dijual adalah produk yang dirasa dengan lidah, dibayar dengan uang, dan dirasakan kenyamanan dan pelayanannya dengan persepsi konsumen. Sikap konsumen yang tertarik dengan hadiah masih bersifat temporer, mungkin belum akan menghasilkan perilaku membeli permanen. Kepuasan pasti nomor satu. Jika konsumen puas, perilaku konsumen yang loyal mungkin akan lebih mudah terbentuk.

Lantas, apakah strategi iming-iming hadiah mobil, motor, dan umrah ini salah? Saya nggak bilang demikian. Hanya, Prof. Dr. Yessi Pratiwi Surya Budhi menilai, langkah ini selangkah lebih maju dari langkah yang seharusnya terlebih dahulu ditempuh : membangun image/ keunikan RM. Cibiuk sendiri yang membedakannya dengan rumah makan lain. Keunikan usaha, produk, dan layanan akan membangun basis konsumen sendiri. Jadi, apapun nanti promo yang digencarkan, Insya Allah konsumen tetap loyal. Volume konsumen tidak bergantung kepada periode promo. Nah, itu maksud saya. Ilmu yang masih nanggung ini tampaknya riskan sekali menimbulkan multipersepsi yang berbeda :(

Apakah profesor-profesor lain punya perspektif sendiri?