Beuh. Apa pula ini?

Calm down, baby. Rileks. Tenang. Nyante aje.

Adalah seorang ibu dan anaknya yang menemani perjalanan saya ke Cisitu kemarin.
Ibu berkata,

Nanti kalau adek masuk ITB, terjamin masa depannya. Anaknya pinter-pinter, paling pinter dari seluruh Indonesia. Keren lah!

Dalam hati saya senyum-senyum saja. Ah, belom tau nih, si Ibu :)

Kebanggaan pada almamater, tentu saja ada.Tapi bukan itu yang saya maksud. Saya nggak bangga-bangga amat jadi anak ITB.

1. Karena nggak banyak diantara kami yang berani menjadi entrepreneur dan menciptakan lapangan kerja. Kami masih begitu ngiler pada gaji besar. Yea, no need to answer. Ini bukan pertanyaan, mungkin pernyataan.

2. Katanya sih, kami kuliah di institut terbaik nusantara. Ah, belum ada statistik tentang itu. Toh, kami belum bisa buat solusi praktis buat masalah sampah di Bandung. Jangankan di Bandung, yang di sekitar kampus pun nggak bisa kami urus. Lewatlah di gerbang depan, jalan Taman Sari atau Jalan Ganesha. Sampah dan aromanya yang semerbak harum akan mengisi ruang otak Anda dan menjadi kenangan tersendiri tentang kampus ITB. Hahaha.



3. Kami punya IQ tinggi. Ah, kata siapa? Sebagian diantara kami, iya. Tapi sebagian lagi, nggak koq. Setiap tahunnya, kami megap-megap dan menahan nafas menanti keputusan rektor, “siapa teman kami yang akan di DO tahun ini?”

4. Kami nggak boleh menginjak rumput di beberapa tempat khusus :)
5. Kami nggak bisa meramaikan kampus sampai larut malam, karena gerbang akan dikunci. Kalau bisa Ce-eS an dengan satpam, lain ceritanya :)

6. Kampus kami sekarang sudah semakin bagus dan “wah”. Tapi beberapa gedung kuliah yang terlalu tinggi masih menyiksa. Nggak ada lift. Teman kami pun kerap kambuh asmanya karena ngos-ngosan dulu sebelum nyampe di ruang kuliah.


7. Laju pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang berdistribusi hipergeometrik tidak sebanding dengan pertumbuhan luas areal parkir. Akhirnya, parkir di luar kampus adalah pilihan. Jalanan jadi macet. Habis gimana lagi? Anda tanya kami, kami tanya siapa? Google? :?

8. Kami kerap diusir sama pegawai Program Studi kalau masih berada di ruangan kelas diatas jam 5. “Mau dikunci dek! Bilang sama dosennya, cepat keluar!”

9. Beberapa dosen nggak memberikan toleransi telat 1 menit pun. Kalau dia yang telat 20 menit? Dia boleh masuk? Huehehe. Ya boleh lah. Kan dia dosen :)

10. Dikasih tugas menerjemahkan buku. “Buat power pointnya ya!” Eng? Ini buat gantiin bahan ngajar bapak ya? Asal masuk nilai aja ya Pak. Aturlah..

11. Sejam sebelum kuliah : “Jarkom : nggak ada kuliah hari ini”. Bah! Yang udah nyampe kampus pun pulang dengan hati tersayat-sayat. Huahahaha

12. Kamis ini dan Kamis minggu depan, kuliah ditiadakan. Harap maklum, dosen sibuk. Kita ganti kuliah Kamis depannya. 6 jam sekalian! Eng ing enggggg

Jangan tanya, kenapa ada tulisan seperti ini. Haha, anggap aja ini tulisan ada di kategori “naon sih gue?”. Dibuat asik aja.

Selebihnya, pesan nenek, jangan takut masuk ITB. Karena untuk Anda yang mau berusaha, tersedia banyak beasiswa, opportunity, kemudahan, kesempatan, teman baik, dosen keren, unit-unit nyentrik, KM tempat berkarya, Campus Centre, kantin murah, himpunan, kecengan, orang-orang hebat, dan lain-lain.

Termasuk master kuliah dan tugas-tugas yang akan diturunkan secara turun temurun, dalam rangka mempermudah proses belajar mahasiswa ITB di jurusan manapun, kapan pun. Hahaha, frik! :D