Bahkan aku tidak sempat memastikan jantung ini masih berdetak. Yang kurasa, dunia berhenti berputar dan sakit berdesakan mau keluar. Sakit, tapi aku tidak tau harus berucap apa. Cal, apakah sama seperti ini juga sakit yang kamu derita di penghujung usiamu?

Empat tahun yang lalu.

Mereka tertawa. Katanya :
"Eh, Echi sama Ical mirip yah? Dari namanya aja udah mirip. Kayak adik kakak"

Waktu itu aku masih tingkat satu. Pertama kali kita berkenalan. Mereka bilang kita mirip, mungkin karena kita sama-sama gondrong, punya gigi yang berantakan, dan tulang pipi yang menonjol.

Cal, maaf aku belum sempat bilang, setiap ketemu kamu, bicara dengan kamu, YMan sama kamu, SMSan sama kamu, aku merasakan kesejukan disini. Entahlah, aku saat itu begitu ingin bisa menjalani hidup seperti kamu. Sederhana. Bahkan dengan kesederhanaanmu, kamu masih punya sangat banyak waktu untuk berbagi dengan ikhlas. Aku mencatat itu.

Cal, aku nggak tau harus mulai darimana mengawali cerita ini. Tentang impianmu untuk menunaikan ibadah menikah dan membina keluarga sakinah. Tentang kerelaaan menggadaikan milikmu yang tersisa demi orang yang kau kasihi. Tentang kekecewaan, tentang harapan, tentang kamu yang rela dipandang hina asal oleh manusia lain namun tidak dihadapanNya, tentang semua—dimana lantas aku hanya bisa menyimpulkan dengan gamblang : Kamu pria baik yang sangat bertanggungjawab, kamu pantas berbahagia, walau aku yakin, kamu pasti tidak memikirkannya. Aku nggak mau mengungkit lagi tentang kesibukanmu memikirkan apa yang bisa diperbuat bagi orang lain.

Yang aku ucapkan saat mengantarkanmu menuju Jakarta kemarin adalah
"Sampai ketemu Cal, pas kamu udah sembuh", namun Tuhan ternyata sudah menentukan jalan buatmu.

Selamat jalan, Ical.


Seorang sahabat dan saudara.
Ical yang kalau nggak ada kamu, aku nggak bisa jadi video editor.
Ical yang kalau nggak ada kamu, nggak akan ada Agung di PSIK.
Ical yang kalau nggak ada kamu, mungkin Hamal nggak akan pernah bisa masak nasi.
Ical yang kalau nggak ada kamu, hidupnya Dio mungkin udah berantakan.



Tuhan, kami ikhlaskan saudara kami, sahabat kami..
Kami adalah saksi keindahan dan kebaikannya
Berikan ia tempat yang layak, sempurnakan amal ibadahnya
Dengan apa yang telah ia berikan kepada kami

Selamat jalan, Ical..

Alm. Faisal Riza, Astronomi ITB'97
Ketua Himpunan Mahasiswa Astronomi ITB'99
Sutradara Film "Atjeh Humanitarian Act" PSIK ITB