Dia masih saja mengutak-atik keypad selularnya. Tampak asik dengan dunianya sendiri. Yang lain padahal lagi seru ngobrol, tukar cerita, tertawa dengan ceria. Saya sibuk memperhatikan tingkah laku mereka, termasuk yang lagi autis itu. Sambil icip-icip makanan dan sesekali menimpali percakapan, tentu saja.

Kira-kira, apa yang sedang dilakukannya? Kenapa asik sendiri?

Inilah salah satu dampak Facebook. Well, biar lebih fair, sebut saja Social Networking media. Bercengkerama dengan teman di dunia maya tampak lebih asik. Teman yang di hadapan malah dicuekin. Hahaha, lha koq jadi saya yang riweuh. Habis, apa ya? Jejaring sosial yang kita ikutin memang nambah temen. Bayangkan saja, ada teman yang sudah begitu lama nggak ketemu, tiba-tiba nongol di Friend Request kita. Aha, senangnya!

Tapi, apakah lantas deretan friends yang banyak di dunia nyata itu juga menandakan kuantitas teman kita di dunia nyata? Mungkin nggak. Intinya kan, kita berusaha menjalin komunikasi via berbagai media. Facebook terasa menjadi pilihan yang paling nyaman : bisa lihat foto, video, say hai di wall, menyapa sana sini, komentar sana sini, buat note, atau bahkan kirim-kirim hadiah. Canggih, user friendly, asik : semuanya dalam satu kemasan.

Saya nggak bilang komunikasi via Facebook itu nggak bermutu. Hanya saja, fenomena yang saya amati di sekitar seakan memperlihatkan bahwa telah terjadi salah kaprah. Via komunikasi yang bermutu, kita bisa menyampaikan maksud dengan gamblang; termasuk via Facebook, mungkin. Tapi kita minta tolong tetangga saat istri mau melahirkan, nggak via Facebook. Kita tau salah seorang teman kita sedih dan butuh semangat, bisa jadi nggak via Facebook. Rumah kita kebakaran karena kompor gas dan mengingatkan tetangga untuk lebih hati-hati, juga nggak via Facebook. Saat dua orang berkomunikasi langsung, kita bisa melihat ekspresinya. Menelaah bagian mana yang terdengar kritis dari ucapannya, dan merasakan emosinya. Lewat inilah kemudian kita merasakan empati dan simpati. Berteman juga begitu. Bertetangga juga begitu. Berkeluarga juga begitu.

Kamu nulis selamat ulang tahun di wall teman, atau komen di statusnya, rasanya beda dengan kamu kirim SMS ke dia langsung. Apalagi jika langsung bertemu, ditambah pelukan dan ciuman, misalnya.

Lakukan saja semua pada kadarnya : jangan sampai teman kita nggak lebih berharga dari tulisan di wall, atau komen di status :)